Jumat, 29 Mei 2015

Materi : Upacara kelahiran, perkawinan, kematian dan hari –hari suci serta tempat – tempat suci dalam Agama Buddha Kelompok : (3) Shofiyatul Fithriyah, Nur Fitri Barliyana, Sadawi, Anifah Ayu Fitriah

Materi             : Upacara kelahiran, perkawinan, kematian dan hari –hari suci serta tempat – tempat suci dalam Agama Buddha
Kelompok      : (3) Shofiyatul Fithriyah, Nur Fitri Barliyana, Sadawi, Anifah Ayu Fitriah
A.   Upacara kelahiran,  perkawinan dan kematian adalam agama Buddha
a.       Makna kelahiran dan upacaranya
Agama Buddha memahami kelahiran sabagai proses tumimbal lahir yang harus melampaui 8 keadaan. Dalam Buddhisme Theravada, ada praktek ritual tertentu diamati ketika seorang anak lahir dari orangtua Buddhis.Ketika bayi cocok untuk dibawa keluar dari pintu, orang tua memilih hari baik atau bulan purnama hari dan bawa anak ke candi terdekat. Mereka pertama kali menempatkan anak di lantai ruang kuil atau di depan patung Buddha untuk menerima berkat-berkat dari Tiga Permata (Buddha, sangha dan dharma).
b.      Makna perkawinan dan upacaranya
Makna perkawinan  adalah perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami isteri. Di dalam Tipitaka tidak banyak ditemukan uraian-uraian yang mengatur masalah perkawinan, akan tetapi dari berbagai sutta dapat diperoleh hal-hal yang sangat penting bagi suami dan isteri untuk membentuk perkawinan yang bahagia.
Upacara perkawinan menurut tatacara agama Buddha dapat dilangsungkan di vihara,
cetiya atau di rumah salah satu mempelai yang memenuhi syarat untuk pelaksanaan upacara perkawinan.
Adapun perlengkapan atau peralatan upacara sebagai berikut :
a.  Altar dimana terdapat Buddharupang.
b. Lilin lima warna (biru, kuning, merah, putih, jingga)
c. Tempat dupa
d. Dupa wangi 9 batang
e. Gelas/mangkuk kecil berisi air putih dengan bunga (untuk dipercikkan)
f. Dua vas bunga dan dua piring buah-buahan untuk dipersembahkan oleh kedua mempelai
g. Cincin kawin
h. Kain kuning berukuran 90 X 125 cm2
i. Pita kuning sepanjang 100 cm
j. Tempat duduk (bantal) untuk pandita, kedua mempelai, dan bhikkhu (apabila hadir)
k. Surat ikrar perkawinan
l. Persembahan dana untuk bhikkhu (apabila hadir), dapat berupa bunga, lilin, dupa dan lain-lain.
Pelaksanaan upacara perkawinan :
1. Pandita dan pembantu pandita sudah siap di tempat upacara.
2. Kedua mempelai memasuki ruangan upacara dan berdiri di depan altar.
3.Pandita menanyakan kepada kedua mempelai, apakah ada ancaman atau paksaan yang mengharuskan mereka melakukan upacara perkawinan menurut tatacara agama Buddha, apabila tidak ada maka acara dapat dilanjutkan.
4. Penyalaan lilin lima warna oleh pandita dan orang tua dari kedua mempelai.
5. Persembahan bunga dan buah oleh kedua mempelai.
6. Pandita mempersembahkan tiga batang dupa dan memimpin namaskara
7. Pernyataan ikrar perkawinan
8. Pemasangan cincin kawin.
9. Pengikatan pita kuning dan pemakaian kain kuning.
10. Pemercikan air pemberkahan oleh orang tua dari kedua mempelai dan pandita.
11. Pembukaan pita kuning dan kain kuning.
12. Wejangan oleh pandita.
13. Penandatanganan Surat lkrar Perkawinan.
14.Namaskara penutup dipimpin oleh pandita.
c.       Makna kematian dan upacaranya
Definisi kematian menurut agama Budha tidak hanya sekedar ditentukan oleh unsur-unsur jasmaniah, entah itu paru-paru, jantung ataupun otak. Ketakberfungsian ketiga organ itu hanya merupakan gejala ‘akibat’ atau ‘pertanda’ yang tampak dari kematian, bukan kematian itu sendiri. Agama Buddha mengajarkan, bahwa kematian bukan akhir dari segalanya. Kematian hanyalah satu fase peralihan antara hidup yang sekarang dengan kehidupan di alam tumimbal lahir yang baru.
B.     Hari - hari suci dan tempat - tempat suci agama Buddha
a.      Hari - hari suci (Waisak ,Asadha, Kathina)
1.      Waisak                                     
Hari Waisak memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gaotama. Hari waisak menandai pula pergantian tahun, karena Tarikh Buddhis dimulai sejak Buddha Gotama parinirwana. Perayaan Hari Waisak di Indonesia mengikuti keputusan WFB. Secara tradisional dipusatkan secara nasional di komplek Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
2.      Asadha
Dua bulan setelah purnama Waisak umat Buddha merayakan hari Asadha. Asadha adalah hari Dharma, karena memperingati pembabaran Dharma yang pertama kali. Di Taman Rusa Istipatana, Sarnath dekat Benares, Buddha menyampaikan khotbah pertama yang dinamakan Dhammacakkappavattana-sutta (pemutaran roda dharma) kepada lima orang petapa. Mereka adalah Kondanna, Vappa, Bhaddiya, Mahanama dan Assaji, teman–teman nya bertapa yang menempuh cara menyiksa diri. Cara ekstremtersebut sudah ditinggalkan oleh Buddha. Kelima petapa itu memahami Dhama, ditahbiskan menjadi biku, dan selanjutnya berhasil menjadi Arahat. Sejak itu terbentuklah Ariya-Sangha.
3.      Kathina
Setelah Hsri purnama Asadha, para biku memasuki masa vassa atau masa penghujan di India Utara. Selama tiga bulan mereka tidak melakukan perjalanan, mulanya agar tidak menginjak tunas-tunas tanaman dan mengganggu berbagai bentuk kehidupan lain. Kathina sebenarnya bukan suatu upacara peringatan. Upacara ini tidak bias diselenggarakan jika tidak ada sejumlah biku yang melaksanakan kewajiban Vassa dan tidak ada umat yang berdana.
b.      Pengertian dan fungsi vihara
Vihara adalah rumah ibadah agama Buddha dan mempunyai fungsi sebagai tempat ibadahnya umat Buddha.
c.       Candi- candi Buddha di Indonesia
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0AwUUbbvd8M05V2v60SolCXOe46LKiUbAUVtltr3Zykpo8WQZImjFgotLq-xNJyH6w_Fh2i5gIeYsefPc5oAqSNU0pqDTcgYzhLaQSWYiSJDgYlqKLfpCP1Z6buCi8ShBItNCsWF0Ept4/s1600/Borobudur.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-LrT60BY1yoI/U5bAMDIgP_I/AAAAAAAAAMQ/Ax-uwyboNss/s1600/Borobudur.jpg
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra.
            Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan..
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkJDfHd5nKtZmkbd0JcVcX-1P-jVs12Nyi1c3ULs6hjg9CnCjpINJg6z_k6AxvSbWrh4wtaj2G2r8SQrhtPUYdJJKT2peDfqNH4GySt9nht_uS24yJEb7awCcckMtm5s2heTkIRLVMvA07/s1600/sewu.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-0oZjrexo4MYU5bAVTcmACI/AAAAAAAAAMY/WZvq4AUKEv0/s1600/sewu.jpg
Candi Sewu adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara Candi Prambanan. Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada Candi Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 249 candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan "Sewu" yang berarti seribu dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Loro Jonggrang.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKtDnPw66rxw-NBEteSswiV20XWqrhmzqck-v4opCk4ibUFU8xwM66Vqn_15U2sDOtSZjGnlDNXIkxumsnhilnwMGaiJVhZMCYgSM20J6ULIS4NHQr50vkFziJBahcnZv0O2TxHeJrbsyW/s1600/Mendut.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-OBZezTpzwXc/U5bActe3zQI/AAAAAAAAAMg/AhpXRsFJ6A4/s1600/Mendut.jpg
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur. Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar