HARI-HARI SUCI DAN TEMPAT SUCI AGAMA HINDU
Hari-hari
suci bagi umat Hindu, ialah suatu hari yang dipandang suci, karena pada
hari-hari itu umat hindu wajib melakukan pemujaan terhadap Hyang Widhi Wasa
(Tuhan yang Maha kuasa) beserta segala manifestasi Nya.
Adapun hari- hari suci tersebut :
Hari Nyepi
Hari
Nyepi diperingati sebagai tahun baru Caka, yang jatuh sehari sesudah X
(Kesada). Adapun Rangkaian Hari Nyepi, adalah sebagai berikut:
- Melis/Mekiis/Melasti, yang jatuh pada trayodasa krenapaksa sasih IX (Kesanga) atau pada pengelong 13 sasih Kesanga adalah Hari yang baik untuk mengkiyis atau melis ini, juga dimaksudkan untuk mengadakan pembersihan atau penyucian segala sarana dan prasarana perangkat alat-alat yang dipergunakan untuk persembahyangan. Melis ini biasa dilakukan dilaut atau pada sumber air yang lain sesuai dengan desa, kala dan patra umat masing-masing dengan tujuan memohon tirtha amertha (air kehidupan) dan tirtha pembersihan kehadapan Hyang Widhi Wasa (Tuhan Maha Kuasa)
- Upacara Bhuta Yadnya (Tawur atau meracu), jatuhnya pada Tilem sasih kesanga. Hari ini disebut juga pengerupukan yang bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur kejahatan yang merusak kesejahteraan umat manusia.
- Sipeng (Hari Nyepi), yang disebut juga sebagai tahun Baru Caka pada hari ini umat melakukan tapa, bratha, yoga, samadhi, satu hari penuh (24 jam), untuk mengekang hawa nafsu, tidak makan dan tidak minum. Pemadaman nafsu-nafsu ini diperagakan dengan tidak menyalakan apai (amati geni) tidak bekerja (amati karya), tidak berpergian (amati lelangun). pada sipeng ini kita menyucikan diri dan memusatkan pikiran dengan mengendalikan segala nafsu, berpuasa, bertapa samadhi menciptakan ketenangan dan kedamaian sehingga pikiran bisa bergerak menjelajahi atau meneliti kembali segala perbuatan yang telah diperbuat di masa lalu dan memupuk perbuatan yang baik serta melebur yang tidak baik. dengan hikmah Nyepi (Tahun Baru Caka) kita peringatkan agar berbuat dengan “ Sepi Ing Pamrih”
- Ngembak Api (Gni), yang jatuh sehari setelah Nyepi. Hari ini memulainya aktivitas kita dengan panjatan doa, mohon semoga Hyang Widhi menganugrahi kita jalan yang terang, terlepas dari mkegelapan masa silam dan dengan jiwa terang memasuki Tahun Baru. Saat ini pulalah kita hendaknya salaing maaf memaafkan antara sesama manusia sebagi makhluk Tuhan.
Hari Ciwaratri
Ciwaratri
berarti malam renungan suci atau malam pelaburan dosa. Hari Ciwaratri jatuh
pada Purwanining Tilem Ke VII (kepitu), yaitu sehari sebelum bulan mati sekitar
bulan januari. Pada hari ini kia melakukan Puasa dan Yoga samadhi dengan maksud
untuk memperoleh pengampunan hari Hyang widhi atas dosa yang diakibatkan oleh
awidnya (kegelapan).
Hari Galungan
Galungan
adalah pemujaan kepada Hyanng Widhi yang dilakukan dengan penuh kesucian dan
ketulusan hati. Memohon kesejahteraan dan keselamatan hidup serta agara
dijauhkan dari awidya. Hari raya galungan adalah hari pawedalam jagat.Yaitu
pemujaan bahwa telah terciptnya jagat dengan segala isinya oleh Hyang Widhi.
Hari ini muncul setiap 210 hari sekali. Yaitu pada hari rabu kliwon Wuku
Dungulan.
Hari kuningan
Kuningan
jatuh setiap Sabtu Kliwon Wuku Kuningan 210 hari sekali yakni sepuluh hari
setelah Galungan. Hari Kuningan adalah hari payogaan Hyang Widhi yang turun
kedunia dengan diiringi oleh para Dewa dan Pitara pitari melimpahkan
Karunia-Nya kepada umat manusia. Karena itu pada hari Kuningan kita hendaknya
mengahturkan bakti memohon kesentosaan, keselamatan, perlindungan dan tuntunan
lahir bathin.
Hari Purnama dan Tilem
Purnama
dan Tilem, Juga merupakan hari suci bagi umat Hindu, yang harus disucikan dan
dirayakan untuk memohon berkah, rahkmat dan Karunia dari Hyang Widhi.Pada hari
Purnama adalah payogaan Sanghyang Candra dan pada hari raya Tilem adalah
Payogaan Sanghyang Surya. Kedua-duanya sebagai kekuatan dan sinar suci Hyang
Widhi (Tuhan Yang Maha Kuasa) dalam manifestasinya berfungsi sebagai pelebur
segala mala (kekotoran) yang ada di dunia.
Hari Saraswati
Hari
Saraswati, adalah hari raya untuk memuja hyang Widhi dalam menifestasinya dan
kekuatannya menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu kesucian. Hari Raya Saraswati
merupakan piodalan Sang hyang Aji Saraswati atau turunya Weda yang dirayakan
setiap hari sabtu Umanis Wuku Watugunung, yang jatuhnya setiap 210 hari sekali.
Kekuatan Hyang Widhi dalam Manifestasin-Nya menurunkan Ilmu pengetahuan
dilambangkan dengan seorang “Dewi”. Dewi Saraswati merupakan Dewi ilmu
pengetahuan Suci, karena itu bagi para arif bijaksana, pelajar dan kaum
cendikiawan, saraswati ini merupakan hari penting untuk memuja kebesaran hyang
Widhi atas segala Ilmu pengetahuan suci yang telah dianugrahkan itu.
Jenis-jenis
Tempat Suci
Jenis-jenis
tempat suci berdasarkan atas karakternya. Dapat dibagi menjadi 4 empat bagian
besar yaitu.
1.
Pura keluargaPura keluarga ini juga
disebut Sanggah, pura Dadya, Pura Kawitan Pura Pedharman, Paibon, Panti dan
lain sebagainya kelompok pura ini didukung oleh segolongan orang-orang yang
mempunyai hubungan darah (genealogic). Oleh karena itu Pura –Pura iini ada
dilingkunagan rumah tangga. Jika pendukungnya ada didalam lingkup yang lebih
kecil disebut dengan Sanggah atau pamerajan, dan apabila keluarga bersangkutan
telah bertambah besar dan meluas, maka didirikanlah pamerajan atau sejenisnya.
2.
Pura DesaPura Desa ini disebut pula pura
kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa, yaitu Pura temapt memuja Hyang widhi dalam
manifestasinya sebagai Tri Wisesa dan Tri Murti. Pura ini terdiri dari Pura
Desa (Balai Agung) ialah tempat pemujaan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa)
dalam manifestasi-Nya sebagai Brahma yaitu Pecipta, Pura Puseh atau Pura segera
ialah tempat pemujaan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Wisnu yaitu
pemelihara.
3.
Pura Kahyangan jagat ini juga disebut
dengan pura umum, artinya adalah suatu Pura yang didukung dan disungsung oleh
Umat Hindu yang ada di seluruh Indonesia pada Khususnya dan seluruh Umat Hindu
umumnya. Di Indonnesia, Pura yang paling besar yang tergolong Kahyangan jagat
ini adalah Pura Besakih. Dalam perkembangan selanjutnya banyak lagi pura atau
Kahyangan yang dapat di katagorikan sebagai Kahyangan Jagat, seperti misalnya
Pura Mandara Giri Semeru Agung Senduro Lumajang Jawa Timur dan lain-lainya.
4.
Pura yang besifat FungsionalYang
dimaksud dengan Pura Fungsional di sini adalah dimana pemuja, pendukung atau
penyungsung dari Pura atau tempat suci tersebut mempunyai suatu kepentingan
yang sama dalam hal-hal tertentu. Tempat suci yang termasuk golongan Fungsional
ini adalah Pura Subak (Ulun suwi/Ulun Carik) dan lain, sebagainya. Pura subak,
mereka mempunyai kepentingan yang sama terutama dalam mendapatkan air untuk
sawah-sawah mereka.maka bersama-sama lah mereka mendirikan Pura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar